Mon 5-May-2025

Ahmad Al-Hilah

Ahmad Al-Hilah

Akankah Israel Benar-benar Hilang Dua Tahun Lagi?

Kasus perang di Gaza membebani dua kandidat yang bersaing dalam pemilihan umum untuk Gedung Putih Kamala Harris dan Donald Trump. Dalam debat televisi mereka masing-masing kandidat sama menekankan pentingnya keamanan Israel dan haknya untuk membela diri. Harris menunjukkan perlunya pertahanan Israel dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab dan mempertimbangkan warga sipil; mengacu pada ketidakpuasannya terhadap pembantaian yang sedang berlangsung hingga saat ini.

Mengapa Hamas Berguna Bagi Arab Saudi?

Kepala Biro Politik Gerakan Hamas di luar negeri Khaled Misy’al muncul di layar televisi al-Arabiya yang berafiliasi kepada Kerajaan Arab Saudi yang mengangkat diskusi dan pertanyaan tentang masa depan hubungan tegang antara Hamas dan Arab Saudi yang telah berperan mensponsori Perjanjian Mekkah (2007) untuk rekonsiliasi nasional antara gerakan Fatah dan Hamas yang karena kegagalannya atau kegagalan implementasinya hubungan antara Hamas dan Arab Saudi mulai menurun hingga Arab Saudi menangkap puluhan warga Palestina

Mengkritisi Piagam Kesepakatan Rekonsiliasi Palestina

Gerakan Fatah dan Hamas menandatangani “piagam mengakhiri perpecahan Palestina” yang disponsori Mesir pada 12 Oktober ini. Semua berasumsi Jalur Gaza akan dibebaskan dari blokade setelah pemerintah konsesus diberikan wewenangan memerintah Jalur Gaza secara penuh seperti halnya Tepi Barat dengan batas waktu 1 Desember 2017.

Hamas Antara Dua Pilihan Sulit

Gaza menderita. Bukan hanya karena dan oleh Israel namun juga akibat dari kelompok penganut madzhab Oslo yang masih hidup dalam awang-awang dan ilusi masa depan yang hanya mendalkan janji dan janji kosong serta statemen abadi; tak ada alternatif selain perundingan kecuali perundingan. Maka Gaza pun diblokade dengan pedang “sanksi massal” dengan alasan perpecahan yang sesungguhnya yang paling bertanggungjawab adalah Mahmud Abbas dan Muhammad Dahlan karena perilaku politik dan keamanan mereka yang buruk usai kekalahan mereka dalam pileg Palestina tahun 2006.

Antara KTT Arab dan Inisiatif Perancis Palestina di Ujung Tanduk

KTT Arab digelar di Mourotania di tengah akumulasi krisis politik ekonomi dan social di kawasan Arab; Suriah Libanon Irak Mesir Libia Tunis Yaman Iran dan Turki. Juga di tengah gelombang kekerasan dan revolusi balik dan kudeta militer dan kompleksnya intervensi sejumlah pihak internasional dalam urusan kawasan Arab dimana perpecahan semakin mengkhawatirkan bahkan akan muncul “pemetaan kembali” perbatasan Arab.